Thursday, March 24, 2016

Sudah 18 tahun Indonesia belum merdeka dari asap kebakaran hutan

Iboqqnews – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengungkapkan, dalam kurun waktu 18 tahun terakhir, Indonesia mengalami kebakaran hutan dan lahan (karhutla) secara terus-menerus. Karhutla bahkan semakin meluas karena pemadaman yang dilakukan dinilai kurang efektif.


Hal itu diungkapkan Willem saat menjadi inspektur upacara apel siaga api di areal PT OKI Pulp & Paper di Desa Sungai Baung, Kecamatan Air Sugihan, Ogan Komering Ilir, Sumsel, Kamis (24/3). Apel tersebut juga dihadiri Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.


Menurut dia, jika dicermati, seolah-olah pemerintah tidak mampu mencegah dan mengatasi karhutla. Kondisi ini diperparah oleh pengaruh cuaca yang ekstrem pada musim kemarau.


“Kalau dihitung 18 tahun terakhir kebakaran hutan lahan terus terjadi. Seolah-olah kita tak mampu mencegahnya, karena pemadaman kurang efektif, belum lagi praktik-praktik buka lahan dengan membakar,” ungkap Willem.


Belajar dari pengalaman tersebut, pihaknya meminta semua pihak serius melakukan pencegahan efektif dan sedini mungkin mengatasi kebakaran yang terjadi. Efektivitas kepemimpinan kepala daerah, koordinasi pelaksana di lapangan dan peran TNI/Polri juga menjadi hal penting dalam upaya pencegahan.


“Tidak ada cara lain kecuali secara total, kalau bahasa Manado-nya, total football. Perkuat kemitraan, dukungan, dan komitmen dari dunia usaha,” ujarnya.


Willem mengatakan, pemadaman karhutla tahun ini berbasis masyarakat. Masyarakat harus dirangkul dan diajak bekerja sama serta gotong royong melakukan pemadaman jika terjadi kebakaran di sekitar tempat tinggalnya.


“Tidak boleh gagal. Fokus dengan tugas-tugas, komit, bekerja keras dan tuntas. Jangan lengah, bangun kebersamaan dengan masyarakat dan gotong royong,” pungkasnya.


Dibanding tahun 2014, kerugian negara akibat karhutla tahun 2015 lalu meningkat drastis. BNPB mencatat, total kerugian akibat musibah itu mencapai Rp 221 triliun.


“Totalnya 2,6 juta hektar. Di Sumsel ada 375 hektar. Angka ini sangat besar,” ungkap Willem.


Dari kebakaran tersebut, banyak dampak negatif yang ditimbulkan, terutama yang dialami masyarakat umum. Seperti terganggunya pendidikan, penyakit ISPA, dan pertumbuhan ekonomi.


“Bank dunia mencatat kebakaran tahun lalu menguras pertumbuhan ekonomi kita mencapai 0,2 persen. Kerugian negara Rp 221 triliun, itu pun belum termasuk biaya pemadaman,” ujarnya.


Bahkan, kata dia, kebakaran tersebut menjadi isu nasional berdimensi internasional karena beberapa negara tetangga turut terpengaruh dari asap yang ditimbulkan. Indonesia diklaim sebagai kontributor Co2 dalam konteks global.


“Kita pertaruhkan reputasi kita sebagai bangsa yang besar,” pungkasnya.




Sudah 18 tahun Indonesia belum merdeka dari asap kebakaran hutan

0 comments:

Post a Comment